Minggu, 19 Juni 2011

Surat Untuk "SEPI" (1)

Aku adalah pencinta yang begitu menginginkanmu.. Aku adalah pemujamu yang memberi seluruh hati.. Aku membutuhkanmu.. Membutuhkanmu untuk tidur dalam mimpi terindahku.. Membutuhkanmu untuk merasakan cinta.. Membutuhkanmu untuk hidup. Aku tak tahu apa gunanya hatiku tanpa kau di dalamnya...

Kulewati hari dengan kerapuhan, menunggu dirimu tuk ada disisiku, menemani diriku.. Tak pernah langkahku berhenti berjuang untuk berada disisimu.. Tak pernah berpikir untuk melupakanmu.. Ku cinta kau seperti sang surya menyinari bumi...

Bukalah hatimu untuk embunku agar ku dapat mengusir kebekuan di kelopak-kelopakmu. Menceritakan keindahan pagi yang dititipkan mentari dalam bias cahayaku.. Elok parasmu membungkam berabad malamku yang kelam dan sunyi.. Mendura jiwa memecah langit yang tertidur.. Ingin ku mempelajari ejaan-ejaan bahasa cintamu...

Aku enggan berdialog dengan hati tentang kesepian yang menyelimuti jiwaku. Terlalu banyak kenangan yang tercipta hingga ribuan. Tertutup kegelapan dan terbelenggu tanpa ikatan cinta dan kasih saat kesendirian berada di keheningan malamku. Entah mengapa aku enggan meminang sebuah cahaya, terlalu silau karena aku terlalu lama akrab dengan sebuah kesepian tanpa adanya seorang kekasih. Andaikan kau dapat mengerti tentang isi hatiku yang telah lama menginginkan dirimu tuk jadi kekasihku. Ku ingin kau tahu bila hatiku tulus padamu.. Kau yang membuatku ingin menantimu...

Relungku dalam keheningan akan sebuah malam yang dingin, menyelemuti tubuh dan hati.. Namun kumerasakan hangatnya cinta dalam rasa ini.. Kebimbangan dan resah gelisah merasuki dalam rapuhku.. Ku berharap kau tahu tentang hal ini.. Ku menanti disini, tetap menanti dan menunggu hatimu.. Sungguh aku mencintaimu...

Disaatku merindukan dan teringat kau, aku cukup pejamkan mataku sambil menyebutkan namamu didalam hatiku maka bayanganmu kan ada. Bahkan ku merasakan hangatnya cinta mesti harus kukorbankan jatuhnya air mataku...

Bagiku tanpa bertemu denganmu, maka mencium bayanganmu di dalam hatiku pun sudah cukup bagiku untuk merasakan kebahagiaan. Seolah bayanganmu itu adalah tubuhmu cinta. Ku lantunkan syair untuk belahan jiwaku, untuk menenangkan jiwanya, tanpa peduli engkau mendengar atau syair itu tertelan oleh hatimu.. Berharap kau mengerti bahwa aku mencintaimu...

Pena menari mengukir lembaran kertas putih menutup tirai cinta yang hampa. Biarkan luka diselimuti kerinduan dari kerapuhan sepanjang waktu. Tanpa disadari tulisan sajak terakhir menyentuh hati. Segala kenangan kan tersemat di dalam ingatan dan takkan terlupakan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar