Selasa, 07 Juni 2011

Anatomi Suatu Serangan Hacking

1.         Footprinting
            Hacker mencari-cari sistem mana yang dapat disusupi. Footprinting merupakan kegiatan pencarian data berupa:
·         Menentukan ruang lingkup (scope) aktivitas atau serangan
·         Network enumeratio
·         Interogasi DNS
·         Mengintai jaringan
            Semua kegiatan ini dapat dilakukan dengan tools dan informasi yang tersedia bebas di Internet. Kegiatan footprinting ini diibaratkan mencari informasi yang tersedia umum melalui buku telepon. Tools yang tersedia untuk ini di antaranya:
a.       Teleport Pro. Dalam menentukan ruang lingkup, hacker dapat men-download keseluruhan situs-situs web yang potensial dijadikan sasaran untuk dipelajari alamat, nomor telepon, contact person, dan lain sebagainya.
b.      Whois for 95/9/NT. Mencari informasi mengenai pendaftaran domain yang digunakan suatu organisasi. Di sini ada bahaya laten pencurian domain (domain hijack). 
c.       NSLookup. Mencari hubungan antara domain name dengan IP address.
d.      Traceroute 0.2. Memetakan topologi jaringan, baik yang menuju sasaran maupun konfigurasi internet jaringan sasaran. 

2.         Scanner
Menggunakan sebuah program yang secara otomatis akan mendeteksi kelemahan sistem keamanan sebuah jaringan komputer, misal port – port yang sedang aktif yang dapat dijadikan sebagai pintu masuk bagi hacker untuk melakukan aksinya. Kegiatan Scanning ini lebih bersifat aktif terhadap sistem-sistem sasaran. Di sini diibaratkan hacker sudah mulai mengetuk-ngetuk dinding sistem sasaran untuk mencari apakah ada kelemahannya. Scanning tool yang paling legendaris adalah nmap (yang kini sudah tersedia pula untuk Windows 9x/ME maupun DOS), selain SuperScan dan UltraScan yang juga banyak digunakan pada sistem Windows. Untuk melindungi diri dari kegiatan scanning adalah memasang firewall seperti misalnya Zone Alarm, atau bila pada keseluruhan network, dengan menggunakan IDS (Intrusion Detection System) seperti misalnya Snort.
Dasar Scanning Port
Meskipun selama ini Nmap telah mengalami perkembangan fungsionalitas, namun ia bermula sebagai sebuah scanner port yang efisien, dan hal itu tetap menjadi fungsi utamanya. Perintah sederhana nmap <target> akan memeriksa lebih dari 1660 port TCP pada host <target>. Ketika banyak scanner port secara tradisional membagi seluruh port ke dalam status terbuka (open) atau tertutup (closed), Nmap lebih granular. Ia membagi port menjadi enam status : open, closed, filtered, unfiltered, open|filtered, or closed|filtered.
Status ini bukan merupakan properti intrinsik dari port itu sendiri, namun menggambarkan bagaimana Nmap memandang mereka. Sebagai contoh, scan Nmap dari jaringan yang sama dengan target mungkin menampilkan port 135/tcp sebagai terbuka, sementara scan yang sama pada waktu dan opsi yang sama dari Internet mungkin menunjukkan bahwa port tersebut filtered.
Enam status port yang dikenali Nmap
a.       open
Sebuah aplikasi secara aktif menerima koneksi paket TCP atau UDP pada port ini. Menemukan port terbuka ini seringkali merupakan tujuan utama scanning port. Orang dengan pikiran keamanan (security-minded) tahu bahwa setiap port terbuka merupakan celah untuk serangan. Penyerang dan pen-testers ingin mengeksploitasi port terbuka, namun administrator berusaha menutup atau melindungi mereka dengan firewall tanpa mengganggu user yang berhak. Port terbuka juga menarik bagi scan bukan keamanan karena mereka memberitahu layanan yang dapat digunakan pada jaringan.
b.      closed
Port tertutup dapat diakses (ia menerima dan menanggapi paket probe Nmap), namun tidak ada aplikasi yang mendengarkan padanya. Mereka bermanfaat dengan menunjukkan bahwa host up pada alamat IP tersebut (host discovery, atau ping scanning), dan sebagai bagian deteksi SO. Oleh karena port tertutup dapat dijangkau, bermanfaat untuk mencoba scan di waktu yang lain jikalau port tersebut terbuka. Administrator mungkin perlu mempertimbangkan untuk memblok port tersebut dengan firewall. Lalu mereka akan muncul dalam status filtered, yang akan didiskusikan.
c.       filtered
Nmap tidak dapat menentukan apakah port terbuka karena packet filtering mencegah probenya mencapai port. Filter ini dapat dilakukan oleh device firewall, aturan pada router, atau software firewall pada host. Port ini membuat penyerang frustrasi karena mereka memberikan sedikit informasi. Terkadang mereka menanggapi dengan pesan kesalahan ICMP misalnya tipe 3 kode 13 (tujuan tidak dapat dicapai: komunikasi dilarang secara administratif), namun yang lebih umum adalah filter yang hanya men-drop probe tanpa memberi tanggapan. Hal ini memaksa Nmap berusaha beberapa kali untuk memastikan probe tidak di-drop akibat jaringan yang padat. Hal ini sangat memperlambat proses scan.
d.      unfiltered
Status unfiltered berarti bahwa port dapat diakses, namun Nmap tidak dapat menentukan apakah ia open atau closed. Hanya scan ACK, yang digunakan untuk mengetahui aturan firewall, menggolongkan port ke dalam status ini. Pemeriksaan port unfiltered dengan tipe pemeriksaan lain seperti Window scan, SYN scan, atau FIN scan, dapat membantu mengetahui apakah port terbuka.
e.       open|filtered
Nmap menganggap port dalam status ini bila ia tidak dapat menentukan apakah port open atau filtered. Hal ini terjadi untuk jenis pemeriksaan ketika port terbuka tidak memberi respon. Tidak adanya tanggapan dapat pula berarti bahwa packet filter men-drop probe atau respon yang diberikan. Sehingga Nmap tidak dapat mengetahui dengan tepat apakah port terbuka atau difilter. Scan UDP, IP protocol, FIN, NULL, dan Xmas mengklasifikasikan port dengan cara ini.
f.       closed|filtered
Status ini digunakan ketika Nmap tidak dapat menentukan apakah port tertutup atau di-filter. Ia hanya digunakan pada scan idle ID IP.

3.         Enumeration
Enumerasi sudah bersifat sangat intrusif terhadap suatu sistem. Penyusup mencari account name yang absah, password, serta share resources yang ada. Tidak hanya hard disk yang di-share hanya dapat dilihat oleh pemakai dalam LAN saja. NetBIOS session service dapat dilihat oleh siapa pun yang terhubung ke Internet di seluruh dunia. Tools seperti Legion, SMB Scanner atau SharesFinder membuat akses ke komputer orang menjadi begitu mudah (karena pemiliknya lengah membuka resource share tanpa password).

4.         Gaining Access
Mendapatkan data lebih banyak lagi untuk mulai mencoba mengakses sasaran. Meliputi mengintip dan merampas password, menebak password, serta melakukan buffer overflow.

5.         Escalating Privilege
           Escalating Privilege mengasumsikan bahwa penyerang sudah mendapatkan logon access pada sistem sebagai user biasa. Penyerang kini berusaha menjadi admin (pada sistem Windows) atau menjadi root (pada sistem Unix/Linux). Teknik yang digunakan sudah tidak lagi dictionary attack atau brute-force attack yang memakan waktu itu, melainkan mencuri password file yang tersimpan dalam sistem dan memanfaatkan kelemahan sistem. Pada sistem Windows 9x/ME password disimpan dalam file .PWL sedangkan pada Windows NT/2000 dalam file.SAM. Bahaya pada tahap ini bukan hanya dari penyerang di luar sistem, melainkan lebih besar lagi bahayanya adalah orang dalam yaitu user absah dalam jaringan itu sendiri yang berusaha menjadi admin atau root. Penyerang sudah berada dan menguasai suatu sistem dan kini berusaha untuk mencari informasi lanjutan (pilfering), menutupi jejak penyusupannya (covering tracks), dan menyiapkan pintu belakang (creating backdoor) agar lain kali dapat dengan mudah masuk lagi ke dalam sistem.
                                                                                                           
6.         Pilfering
           Proses pengumpulan informasi dimulai lagi untuk mengidentifikasi mekanisme untuk mendapatkan akses ke trusted system. Mencakup evaluasi trust dan pencarian cleartext password di registry, config file, dan user data.

7.         Covering Tracks
Menghapus jejak terhadap aktivitas yang telah dilakukan, menghapus network log, history dan log-log yang lainnya. Tools yang dipakai antara lain: Dump Event Log, elsave.exe, WinZapper, Evidence Eliminator.

8.         Creating Back Doors
Pintu belakang diciptakan pada berbagai bagian dari sistem untuk memudahkan masuk kembali ke sistem ini dengan cara membentuk user account palsu, menjadwalkan batch job, mengubah startup file, menanamkan service pengendali jarak jauh serta monitoring tool, dan menggantikan aplikasi dengan trojan. Bertujuannya agar nanti bisa masuk lagi ke sistem target dengan menanamkan trojan pada system target, membuat user tersembunyi, dan menaruhkan aplikasi pengendali.

9.         Denial of service
Denial of service adalah jenis serangan yang tujuannya adalah mencegah pengguna yang sesungguhnya menikmati layanan yang diberikan server. Server sesuai namanya adalah pelayan yang harus selalu siap melayani permintaan pengguna, yang umumnya beroperasi 24 jam tanpa henti. Contohnya adalah web server yang bertugas melayani pengunjung web menyediakan informasi dalam bentuk halaman html. Dalam kondisi normal, pengunjung dapat meminta resource dari web server untuk ditampilkan dalam browsernya, namun bila web server terkena serangan DoS maka pengunjung tidak bisa menikmati layanan web server.
Secara umum ada 2 cara melakukan serangan DoS:
  1. Mematikan Server
  2. Menyibukkan Server
    • Tanpa bug/vulnerability
    • Meng-exploit bug/vulnerability
DoS dengan Mematikan Server: Kill Them!
Anda pernah mengalami ingin memakai telepon umum atau ATM namun tidak bisa karena di mesin tersebut ditempel kertas berisi pesan “Out of Service” atau “Sedang dalam perbaikan”. Telepon umum adalah target serangan DoS yang biasa terjadi, dimana-mana kita menemukan telpon umum yang rusak karena serangan DoS seperti membanting gagang telpon, mencabut kabel, memecahkan LCD dan aksi-aksi lainnya.
Tujuan serangan ini adalah membuat server shutdown, reboot, crash, “not responding”. Jadi serangan ini menghasilkan kerusakan yang sifatnya persisten artinya kondisi DoS akan tetap terjadi walaupun attacker sudah berhenti menyerang, server baru normal kembali setelah di-restart/reboot.
Bagaimana cara serangan DoS ini dilakukan? Serangan ini dilakukan dengan meng-exploit bug/vulnerability pada server. Kata kunci pada vulnerability jenis ini biasanya adalah “specially/carefully crafted packet/request”, yang artinya paket yang dirancang khusus. Kenapa dirancang khusus? Sebab dalam paket itu mengandung  sifat tertentu yang membuat server mati ketika mengolah paket khusus itu.
Mari kita perhatikan beberapa contoh vulnerability yang berakibat pada DoS attack:
Ini adalah jenis bug yang sudah sangat tua. Praktis sudah tidak ada lagi sistem yang vulnerable terhadap bug ini. Bug ini bila diexploit akan membuat server crash, freeze atau reboot. Serangan ini dilakukan dengan mengirimkan “specially crafted” paket berupa oversized ICMP packet, yaitu paket yang ukurannya di atas normal. Ketika server menerima dan memproses paket yang “aneh” ini, maka server akan crash, freeze atau reboot. Ini adalah contoh serangan DoS “one shot one kill” karena bisa merusak server hanya dengan satu tembakan saja.
Bug ini akan membuat mysql server menjadi crash hanya dengan mengirim sql khusus yang mengandung fungsi IF() contohnya: “SELECT id from example WHERE id IN(1, (SELECT IF(1=0,1,2/0)))”. Ini juga jenis serangan “one shot one kill”.
  • Cisco Global Site Selector DNS Request Denial of Service (SA33429)
Bug ini membuat DNS server Cisco mati dengan mengirimkan beberapa “specially crafted” paket request DNS dalam urutan tertentu.
Tiga contoh di atas kiranya cukup memberikan gambaran tentang bagaimana serangan DoS jenis ini dilakukan. Pada intinya adalah attacker memanfaatkan (baca:mengexploit) bug yang membuat server berhenti bekerja dan biasanya dilakukan sendirian secara remote dengan mengirimkan specially crafted packet.
DoS dengan Menyibukkan Server: Make Them As Busy As Possible!
Pada waktu menjelang lebaran kita sering merasa begitu sulit mengirim sms, bahkan sering terjadi gagal kirim. Begitu juga ketika berlangsung acara kuis di TV, mengelpon ke nomor untuk menjawab kuis terasa begitu sulit.  Hal ini terjadi karena ada begitu banyak orang yang mengirim sms pada saat lebaran dan menelpon pada waktu kuis sehingga membuat jaringan telekomunikasi menjadi begitu sibuk sampai tidak bisa melayani pengguna lain. Peristiwa itu mirip dengan yang terjadi ketika sebuah server mendapat serangan denial of service. DoS yang terjadi pada peristiwa tersebut bukan jenis DoS yang mematikan server, namun jenis DoS yang menyibukkan server.
Jenis DoS ini bersifat sementara, server akan kembali normal bila attacker berhenti mengirimkan request yang membuat sibuk server.
DoS jenis ini terbagi lagi menjadi 2 jenis berdasarkan cara melakukan serangan:
  • Exploiting vulnerability: Menyerang dengan malicious request/packet
  • No vulnerability exploitation: Menyerang dengan normal request/packet
Membuat server sibuk dengan mengexploitasi vulnerability lebih cepat daripada tanpa mengeksploit vulnerability.
Make Server Busy by Exploiting Vulnerability
Dalam serangan DoS jenis ini, attacker memanfatkan bug yang membuat server berlebihan dalam menggunakan resource (cpu,memory,disk space dsb). Attacker akan mencari cara bagaimana agar membuat server bekerja ekstra keras (jauh lebih keras dari request normal) untuk melayani request dia. Biasanya serangan DoS jenis ini tidak berupa serangan “one shot one kill”. Serangan dilakukan dengan melakukan banyak request dengan setiap request membuat server mengonsumsi lebih banyak resource dari request yang normal.
Dalam hitungan matematika sederhana, bila attacker bisa membuat server bekerja selama 10 detik  hanya untuk melayani dia (misal normalnya 0,1 detik), maka attacker bisa mengirimkan request 1.000x untuk membuat server melayani dia selama 10.000 detik (2,7 jam lebih) sehingga membuat pengguna lain tidak bisa menikmati layanan server.
Untuk lebih memahami DoS jenis ini, mari kita lihat contoh-contoh vulnerability yang bisa diexploit untuk melancarkan serangan DoS jenis ini:
Ini adalah serangan DoS yang sudah sangat tua. Attacker menyerang dengan cara membanjiri server dengan malicious request berupa paket SYN dengan fake source IP address. SYN packet adalah paket dari client yang mengawali terbentuknya koneksi TCP/IP, setelah itu server akan membalas dengan SYN-ACK, dan dilengkapi dengan paket SYN-ACK-ACK dari client, tiga proses ini disebut three way handshake.
Triknya adalah pada fake source ip address pada paket SYN dari client. Akibatnya server akan mengirim SYN-ACK (step 2) ke ip address yang salah sehingga server juga tidak akan mendapatkan balasan SYN-ACK-ACK dari client. Padahal untuk setiap client yang mencoba membuka koneksi, server akan mengalokasikan resource seperti memori dan waktu untuk menunggu datangnya balasan ACK dari client. Dengan cara ini attacker menghabiskan resource server hanya untuk melayani request palsu dari attacker.
Apache menggunakan mod_deflate untuk memampatkan file. Bila visitor meminta sebuah file, maka apache akan menggunakan mod_deflate untuk memampatkannya kemudian mengirimkan ke visitor tersebut. Namun bila di tengah proses pemampatan, visitor memutuskan koneksi TCP, Apache masih terus bekerja memampatkan file untuk visitor yang sebenarnya sudah tidak ada (sudah disconnect). Jadi bugnya adalah pada borosnya pemakaian resource cpu untuk memampatkan file untuk client yang sudah tidak ada.
Attacker memanfaatkan kelemahan ini dengan meminta sebuah file yang berukuran besar, kemudian dalam waktu singkat memutuskan koneksi sehingga membuat server bekerja keras mempatkan file untuk visitor yang sudah tidak ada. Request ini diulang berkali-kali sampai server begitu sibuknya dan semua resource cpu habis.
Dua contoh vulnerability di atas cukup menjelaskan bagaimana serangan DoS jenis ini dilakukan. Pada intinya adalah dengan mengirim banyak malicious request/paket  yang membuat server mengonsumsi resource lebih banyak dan lebih lama untuk setiap requestnya.
Make Server Busy Without Exploiting Vulnerability
Ini adalah jenis serangan yang mengandalkan pada kemampuan mengirimkan normal request sebanyak-banyaknya sehingga server menjadi sibuk. Perbedaan DoS jenis ini dengan DoS yang mengexploit vulnerability adalah pada requestnya. Request yang dikirimkan pada DoS jenis ini adalah request yang normal seperti yang dilakukan pengguna biasa, sehingga server tidak mengonsumsi resource berlebihan. Sedangkan DoS yang mengandalkan vulnerability mengirimkan specially crafted malicious request untuk membuat server mengonsumsi resource lebih banyak untuk melayani malicious request tersebut.
Normal request hanya membuat server mengonsumsi resource dalam jumlah biasa-biasa saja, tidak akan mengganggu kerja server secara keseluruhan. Diperlukan normal request dalam jumlah yang sangat banyak untuk membuat server terganggu kerjanya. Jadi agar serangan ini menjadi efektif, maka serangan harus dilakukan beramai-ramai dari banyak tempat, semakin banyak penyerang semakin bagus hasilnya. Serangan ini juga disebut dengan distributed DoS (DDoS) karena dilakukan dari banyak lokasi yang terdistribusi (tersebar).
Serangan DDoS dilakukan dengan menggunakan komputer zombie atau robot. Zombie adalah komputer yang sudah dikuasai attacker sehingga bisa dikendalikan dari jarak jauh. Sekumpulan komputer zombie membentuk jaringan yang disebut bot-net. Attacker mendapatkan banyak zombie dengan menyebarkan virus atau worm, setiap komputer yang terinfeksi akan diinstall program yang membuat komputer bersedia menjalankan perintah dari attacker.
Attacker memberi perintah kepada semua pasukannya untuk membuat request HTTP ke sebuah website. Bila pasukan yang dikuasai attacker sangat besar, maka web server akan dibanjiri request sehingga menjadi terlalu sibuk dan tidak bisa diakses oleh pengguna yang sebenarnya (real visitor).
Serangan jenis ini tidak ada obatnya karena attacker tidak meng-exploit bug atau vulnerability apapun. Bila pada jenis DoS yang lain, serangan dapat dicegah dengan melakukan patching atau update software, maka serangan ini tidak bisa dihentikan dengan update atau patch.
Kesimpulan
Denial of service adalah serangan yang membuat server tidak bisa melayani pengguna yang sesungguhnya. Berikut adalah jenis-jenis serangan DoS berdasarkan cara melakukan serangan:
  • Mematikan Server: one shot, one kill untuk membuat server menjadi crash, hang, reboot.
  • Menyibukkan Server: mengirim banyak sekali request untuk membuat server sibuk.
    • Exploiting bug: mengirim banyak specially crafted request. Jumlah request tidak sebanyak jenis DoS yang menyibukkan server dengan normal request.
    • Normal request: mengirim banyak request normal seperti pengguna biasa. Diperlukan jumlah request yang lebih banyak dibandingkan jenis DoS yang menyibukkan server dengan exploit bug. Biasanya menggunakan botnet secara terdistribusi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar