Jumat, 24 Juni 2011

Surat Untuk "SEPI" (4)


Aku memang bisa membuat syair cinta, bisa juga aku menciptakan puisi indah, tapi aku sadar aku bukan perayu ulung atau pujangga cinta yang mampu meluluhkan hati seorang wanita hanya dengan sebuah kata.. Aku juga bukan seorang pembual hebat yang hanya secepat kilat mampu merobohkan hati seseorang.

Hanya lewat surat ini aku mampu bercerita dan dari syair ini aku mampu curahkan rasaku. Setitik dari lelahnya hati yang ku rasa sunyi. Tentang satu hati di banyak cerita layaknya setangkai melati di taman bunga. Hanya seroja nampak merona sekalipun musim semi tak kunjung tiba.

Dalam bentang malam yang terkadang hadir tanpa bintang. Kala hembus sang angin yang membelai dingin sekujur ragaku. Ku harap kau bisa melihat tulisanku dan berteriak lantang suarakan kata hatiku. Menjerit keras memanggil namaku tuk meluluh lantakan kerasnya jiwamu.

Terkikis gelombang aku di tepian waktu dan tergores luka penuh kehancuran. Dimana tetes tangis airmata aku cucurkan berlinang penuh harapan untuk sebuah penantian. Tak ada setitik cahaya cinta yang kau pancarkan hingga aku harus meradang dalam ruang kesepian. Mungkin bukan tanda cinta bagimu arti sebuah pengorbanan hingga air mata cinta harus aku teteskan. Air mata ini bukanlah air mata biasa. Air mata cinta yang akan selalu mencintaimu.

Sadarkah kau betapa aku menyayangimu.. Tahukah kau betapa aku mengagumimu hingga aku harus teteskan air mata ini untukmu. Kau belum juga bisa menyadari cintaku itu tulus untukmu. Waktu pelan berlalu sendu, aku masih setia di sini menunggu. Tiga dasawarsa engkau akan tetap kunanti. Ribuan purnama takkan sanggup mengganti atas cahaya kasih dan putihnya cinta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar