Aku memang bisa membuat syair cinta, bisa juga aku menciptakan puisi
indah, tapi aku sadar aku bukan perayu ulung atau pujangga cinta yang mampu
meluluhkan hati seorang wanita hanya dengan sebuah kata.. Aku juga bukan
seorang pembual hebat yang hanya secepat kilat mampu merobohkan hati seseorang.
Hanya lewat surat ini aku mampu bercerita dan dari syair ini aku
mampu curahkan rasaku. Setitik dari lelahnya hati yang ku rasa sunyi. Tentang satu hati di banyak cerita layaknya setangkai
melati di taman bunga. Hanya seroja nampak merona sekalipun musim semi tak
kunjung tiba.
Dalam bentang malam yang
terkadang hadir tanpa bintang. Kala hembus sang angin yang membelai dingin
sekujur ragaku. Ku harap kau bisa melihat tulisanku dan berteriak lantang
suarakan kata hatiku. Menjerit keras memanggil namaku tuk meluluh lantakan
kerasnya jiwamu.
Terkikis gelombang aku di
tepian waktu dan tergores luka penuh kehancuran. Dimana tetes tangis airmata
aku cucurkan berlinang penuh harapan untuk sebuah penantian. Tak ada setitik
cahaya cinta yang kau pancarkan hingga aku harus meradang dalam ruang kesepian.
Mungkin bukan tanda cinta bagimu arti sebuah pengorbanan hingga air mata cinta
harus aku teteskan. Air mata ini bukanlah air mata biasa. Air mata cinta yang
akan selalu mencintaimu.
Sadarkah kau betapa aku
menyayangimu.. Tahukah kau betapa aku mengagumimu hingga aku harus teteskan air
mata ini untukmu. Kau belum juga bisa menyadari cintaku itu tulus untukmu. Waktu
pelan berlalu sendu, aku masih
setia di sini menunggu. Tiga dasawarsa engkau akan
tetap kunanti. Ribuan purnama takkan sanggup mengganti atas cahaya kasih dan
putihnya cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar